Bagi bangsa Indonesia, 20 Mei identik sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Akan tetapi, tahukah Anda pada tanggal yang sama diperingati sebagai
Hari Metrologi Dunia (World Metrology Day)? Metrologi merupakan
aktivitas ukur-mengukur baik teoritis maupun praktis. Guna menghindari
hambatan kesulitan standardisasi sistem pengukuran bagi masyarakat
internasional, pada 20 Mei 1875 didirikan BIPM (Bureau International des
Poids et Mesures), yang berkedudukan di Paris, melalui perjanjian
diplomatik yang dikenal dengan Convention du Metre (Konvensi Meter).
Untuk memperingati penandatanganan konvensi tersebut, 20 Mei kemudian
dinyatakan sebagai Hari Metrologi Dunia.
Kegiatan pengukuran
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Akan tetapi, percayalah manfaat
yang dirasakan akan jauh lebih besar. Metrologi telah menjadi bagian
dari hidup kita sehari-hari dan sudah berjalan secara alami serta sangat
vital. Kita lihat saja, komoditas bahan pokok seperti sembako atau
bahan bangunan dan bahan keperluan infrastruktur diperjualbelikan
berdasarkan berat atau ukuran. Kebutuhan rumah tangga, air ledeng,
listrik, gas, dan pulsa telepon harus diukur.
Semua ini
memengaruhi kehidupan pribadi kita. Kadar zat aktif dalam obat-obatan,
pengukuran sampel darah, dan keefektifan laser yang digunakan untuk
pembedahan di dunia medik harus diukur dengan teliti agar kesehatan dan
keselamatan pasien terjamin. Hampir segala sesuatu dinyatakan dalam
ukuran, suhu udara, tinggi badan, nilai kalori makanan, berat paket
kiriman, tekanan udara ban kendaraan, jarak tempuh, waktu tunggu, dan
seterusnya. Nyaris tidak mungkin dalam kehidupan ini kita bicara tanpa
menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan timbangan dan ukuran.
Di
sektor transportasi, pilot pesawat terbang harus mengamati dengan
cermat ketinggian pesawat, arah, penggunaan bahan bakar, dan
kecepatannya. Masinis kereta api harus memperhatikan jarak posisi kereta
terhadap stasiun yang dituju. Supir mobil atau pengendara motor perlu
memperhatikan ukuran kecepatan dan tangki bahan bakar. Pengawas
obat-obatan dan makanan mengukur kandungan bakteri dan zat beracun.
Perusahaan
membeli bahan baku berdasarkan timbangan dan ukuran, kemudian
menyatakan produk dalam satuan yang serupa. Umumnya, setiap proses
dipantau berdasarkan pengukuran dan setiap penyimpangan akan ketahuan
dari hasil pengukuran tersebut. Pengukuran sistematis dengan tingkat
ketidakpastian yang terukur merupakan landasan pengendalian mutu di
Industri.
Dunia ilmu pengetahuan sangat bergantung pada
pengukuran. Para geolog mengukur kekuatan gelombang kejut ketika terjadi
gempa bumi. Para astronom dengan seksama mengukur cahaya lemah yang
dipancarkan sebuah bintang untuk mengetahui umurnya. Para fisikawan yang
mempelajari partikel elementer harus mengukur waktu dalam orde
seperjuta sekon untuk memastikan adanya partikel yang sangat kecil.
Ketersediaan
alat ukur dan kemampuan menggunakannya sangatlah esensial bagi para
ilmuwan untuk merekam hasil penelitian mereka secara objektif. Dengan
demikian, ilmu pengukuran atau metrologi bisa jadi merupakan ilmu yang
tertua di dunia. Bahkan, pengetahuan tentang penggunaannya merupakan
syarat mutlak dalam segala profesi yang berbasis ilmu pengetahuan.
Konon
di zaman Mesir kuno, 3000 tahun sebelum Masehi, Raja Firaun yang
berkuasa mendeklarasikan, "Barang siapa lalai atau lupa mengalibrasi
standar satuan panjang setiap bulan purnama diancam dengan hukuman
mati". Itu merupakan suatu risiko yang dihadapi para arsitek resmi
kerajaan Firaun yang bertanggung jawab da lam pembangunan kuil-kuil dan
piramida-piramida.
Raja Firaun pula yang menetapkan standar
panjang saat itu, yaitu panjang lengannya dari siku hingga ke ujung jari
tengah yang diluruskan, ditambah lebar tangannya. Satuan panjang dari
standar tersebut disebut `cubit' dan itu merupakan satuan panjang yang
pertama. Pada saat itu, hasil pengukuran asli direkam dengan cara
ditatah pada granit hitam.
Standar ukuran tersebut kemudian
diperbanyak dengan menggunakan granit atau kayu dan dibagi-bagikan
kepada pekerja. Para arsitek pun bertanggung jawab untuk memeliharanya.
Itu salah satu contoh mekanisme pengukuran yang cukup teliti, yang
terekam dalam sejarah, dan memberikan petunjuk bahwa umat manusia sudah
menyadari pentingnya pengukuran sejak dahulu kala. Sejarah pengukuran
yang sedikit lebih mutakhir adalah pencanangan sistem metrik di Paris
pada 1799. Di situ ditetapkan dua buah benda standar yang terbuat dari
platinum, satu mewakili meter dan satu lagi mewakili kilogram, sebagai
`nenek moyang' Sistem Satuan Internasional (SI).
Saat ini,
mungkin tidak banyak orang yang memahami ilmu metrologi secara mendalam.
Lebih lagi, mereka yang menggunakan metrologi mungkin merasa sudah
cukup dengan memahami istilah-istilah seperti meter, kilogram, watt,
liter, detik, dan celsius.
Agar metrologi bermanfaat untuk
menghubungkan segala kegiatan umat manusia (dengan nusia (dengan
berbagai profesi) di seluruh penjuru dunia, diperlukan suatu mekanisme
pengukuran yang menjamin kebenaran hasil pengukuran. Kepercayaan pada
kebenaran pengukuran semakin meningkat sejalan dengan peningkatan
jaringan kerja sama, adanya satuan ukuran yang dipakai bersama dan
prosedur pengukuran yang dipakai secara umum, pengakuan, akreditasi dan
uji banding atas standar satuan ukuran serta laboratorium-laboratorium
di berbagai negara. Sejarah manusia selama ribuan tahun menguatkan
keyakinan bahwa banyak hal akan menjadi mudah jika semua orang bekerja
sama dalam bidang metrologi.
Bagaimanakah cara menjamin kebenaran
pengukuran suatu alat ukur? Kalibrasi atau tera merupakan mekanisme
guna menjamin suatu alat ukur memiliki ketelitian dan kebenaran hasil
pengukuran yang tidak diragukan. Proses kalibrasi atau tera adalah
menentukan nilai-nilai yang berkaitan dengan kinerja suatu alat ukur.
Hal tersebut dicapai dengan membandingkan langsung hasil ukur suatu alat
ukur dengan hasil ukur suatu standar ukur. Keluaran dari kalibrasi
adalah sertifikat kalibrasi.
Selain sertifikat, biasanya ada
label atau stiker yang disematkan pada alat ukur yang sudah dikalibrasi.
Alasan yang mendasari sebuah alat ukur perlu dikalibrasi adalah untuk
memastikan penunjukan alat tersebut sesuai dengan hasil pengukuran lain
dan menentukan akurasi penunjukan alat. Di samping itu, Hal tersebut
diperlukan untuk mengetahui keadaan alat agar dapat dipercayai.
Metrologi
mencakup tiga hal utama. Pertama, penetapan definisi satuan-satuan
ukuran yang diterima secara internasional, misalnya meter. Kedua,
pewujudan satuan-satuan ukuran berdasarkan metode-metode ilmiah,
misalnya pewujudan nilai meter dengan menggunakan sinar laser. Ketiga,
penetapan rantai ketertelusuran dengan menentukan dan merekam nilai
serta akurasi suatu pengukuran. Bila perlu, menyebarluaskan pengetahuan
itu, misalnya hubungan (perbandingan) antara nilai ukur sebuah
mikrometer ulir di bengkel dan standar panjang di suatu laboratorium
standar panjang.
Dalam perkembangannya, ketika pengukuran
diperlukan untuk mendukung industri dalam memperoleh keberterimaan
produk mereka di pasar global dan untuk melindungi kepentingan
masyarakat serta pelaku usaha, metrologi berkembang menjadi tiga
kategori, yakni metrologi industri (industrial metrology), metrologi
legal (legal metrology), dan metrologi ilmiah (scientific metrology).
Klasifikasi
tersebut di tingkat internasional mulai diperkenalkan di masyarakat
Eropa, melalui European Collaboration in Measurement Standards (Euromet,
yang kemudian menjadi Euramet). Metrologi industri ditujukan untuk
memberi kepastian pada akurasi peralatan yang digunakan dalam proses
perancangan, proses produksi, dan proses pengujian karakteristik produk
industri. Dengan begitu, mutu produk dapat diterima secara
internasional.
Di sisi lain, metrologi legal ditujukan untuk
memastikan kebenaran pengukuran dalam kegiatan-kegiatan yang terkait
dengan keadilan transaksi, kesehatan masyarakat, pelindungan hukum, dan
keselamatan. Baik kegiatan metrologi industri maupun metrologi legal
pada dasarnya harus dapat diakui kebenaran mereka secara internasional.
Oleh karena itu pula, setiap negara harus mampu menjamin setiap pihak
yang melakukan pengukuran, didukung dengan acuan pengukuran nasional
yang kebenaran dan kesetaraan mereka diakui semua negara di dunia. (Media Indonesia, 20 Mei 2011/ humasristek)
Sumber :
Husein A Akil
Kepala Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek), LIPI
http://ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/8681
Rabu, 12 November 2014
Kehidupan Manusia Butuh Metrologi
01.29
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar